Beginilah Dimensi Shalat
Sabtu, 25 Juni 2011 11:01 WIB
Oleh Abi Muhammad Ismail Halim
As-Shalah adalah nama lain untuk surah pembuka dalam al-Qur’an al-Karim. Al-Fatihah adalah bagian integral dari shalat, tidak ada shalat tanpa Al-Fatihah. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barang siapa shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya kurang, shalatnya kurang, shalatnya kurang, dan tidak sempurna.” (HR Muslim). Al-Fatihah dikenal pula sebagai ‘tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang’ (sab’al matsani) di dalam shalat, baik wajib maupun sunah. (QS al-Hijr [15]: 87).
Di dalam sebuah hadis Qudsi, secara eksplisit Allah SWT mengidentikkan al-Fatihah dengan as-Shalah. Nabi SAW bersabda, “Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Apabila hamba membaca:
“Alhamdulillahi rabbil ‘alamin” (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), maka Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: “Hamba-Ku memuji Aku.” Apabila ia membaca “Arrahmanirrahim” (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: “Hamba-Ku menyanjung Aku.”
Apabila ia membaca: “Maliki yaumiddin” (Yang Memiliki hari Pembalasan), maka Allah berfirman: “Hamba-Ku memuliakan Aku”, dan sekali waktu Dia berfirman: “Hamba-Ku menyerah kepada-Ku”. Apabila ia membaca: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah berfirman: “Ini antara Aku dan hambaKu, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.”
Apabila ia membaca: “Ihdinashshirathal mustaqim. Shirathal ladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladhdhallin” (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk atas mereka bukan [jalan] orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan [jalan] orang-orang yang sesat). Maka, Allah berfirman: “Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.” (HR Muslim).
Di dalam shalat terjadi dialog yang sangat indah antara seorang hamba dengan Tuhannya. Di dalamnya juga terangkum penghormatan, penghargaan, pengakuan, dan cinta sejati (hamd), harap (raja’), dan cemas (khauf).
Selain dimensi vertikal, di dalam shalat terbangun pula sendi-sendi dari sebuah masyarakat madani (civil society). Shalat berjamaah merefleksikan interaksi horizontal yang tertib dan teratur. Shaf-shaf shalat berjamaah memancarkan keindahan dari sebuah keteraturan dan ketertiban yang terbangun di atas dasar ketaatan, persaudaraan, dan kesetaraan. Selain interaksi fisik, terjalin pula ikatan hati di antara para jamaah baik secara lokal maupun global melalui doa-doa kolektif dan salam yang ditebarkan sebagai penutupnya.
Shalat berjamaah mengajarkan pula prinsip-prinsip kepemimpinan. Pemimpin atau imam shalat, dipilih berdasarkan kompetensi dan integritasnya. Jika imam salah, makmum berkewajiban mengingatkan, bahkan pemimpin yang tidak lagi memenuhi persyaratan. Wallahu a’lam.
Wudhu, Tayamum dan Listrik Statis
Subhanallah !!!, maha benar Allah dengan segala firmannya.
—————————
Assalaamu’alaikum, wr, wb.
Teman saya bertanya kepada saya, “Kamu sering kesetrum listrik statis
waktu
memegang handle pintu kantor kita?”
Saya jawab, “Iya, betul sekali. Tetapi hanya waktu winter saja.”
Setiap musim winter tiba, saya memang sering merasa kesetrum ketika
memegang
handle pintu yang terbuat dari bahan logam seperti almunium.
Ia bertanya, “Tahukah kamu mengapa hal ini tidak terjadi di musim yang
lain?”
Saya jawab, “Tidak tahu.”
Kata teman saya, “Karena udara sangat kering di musim winter.”
Saya tanya, “Kok bisa begitu?”
Jawab dia, “Karena molekul air yang mengembun di tubuh kita akan
menetralkan
listrik statis yang terakumulasi di tubuh kita. Di musim winter, udara
sangat kering, sehingga tidak ada molekul air di permukaan kulit kita.
Elektron yang terkumpul di tubuh kita, yang kebanyakan berasal dari
gesekan
jaket yang kita kenakan, akan terus terakumulasi. Dan begitu tangan kita
menyentuh logam yang merupakan konduktor yang baik, elektron yang
terakumulasi tadi langsung “meloncat” dari tubuh kita ke logam tsb. Itu
adalah fenomena “petir mini”, dan ujung jarimu yang merasa seperti
tersambar
petir. Hal ini mirip dengan fenomena penangkal petir. Di atas ada gumpalan
uap air yang kaya akan elektron. Elektron elektron itu akan “meloncat” ke
bumi melalui titik titik terdekat dengan awan dan bahan konduktor yang
bagus.”
Saya terkesima, dan berujar, “Oooo, begitu ya, ceritanya.”
Ia pun dengan semangat meneruskan kuliahnya, “Jadi, kalau kamu tidak
ingin tersambar pertir mini alias kesetrum listrik statis, sebelum
kau memegang handle pintu, basahilah dulu tanganmu dengan air. Atau, kalau
tidak ada air, salurkanlah elektron di tubuhmu ke bumi dengan menebakkan
tanganmu ke tanah atau tembok.”
Saya terperangah dengan kalimat terakhir itu. Saya terperanjat. Saya
terkagum kagum. Saya bertakbir: Allahu Akbar!
Berpuluh puluh tahun saya bertanya tanya tentang tayamum sebagai pengganti
wudhu, berpuluh puluh tahun naluri keingintahuan saya pendam. Hari ini,
temanku yang notabene seorang atheis yang menjelaskannya dengan gamblang
dengan teori listrik statis; sebuah ilmu sederhana yang sudah aku pelajari
sejak bangku SD dan selalu kudapatkan pelajaran itu di jenjang sekolah
berikutnya.
Dulu, saya mengira bahwa (satu satunya) hikmah berwudhu adalah
membersihkan
badan dari kotoran yang menempel di tubuh kita. Tetapi saya tidak habis
fikir, bagaimana bisa wudhu diganti dengan tayammum yang dilakukan dengan
membasuhkan debu ke wajah dan telapak tangan? Ternyata “kotoran” yang ada
di
dalam tubuh kita ternyata bukan hanya debu yang menempel ke tubuh kita.
Ada
jenis “kotoran” yang tidak terlihat oleh mata, jauh lebih berbahaya bila
tidak segera di”buang”. “Kotoran” itu bernama elektron, yang apabila
terlalu
banyak terakumulasi di tubuh kita bisa merusak kesetimbangan
sistem elektrolit cairan di dalam tubuh kita.
Molekul molekul air H2O yang bersifat polar sangat mudah menyerap elektron
elektron yang terakumulasi di tubuh kita. Hanya dengan mengusapkan air ke
permukaan kulit saja, maka “kotoran” elektron itu dengan mudah “terbuang”
dari tubuh kita. Sekarang saya faham, mengapa Rasulullah SAW pernah “mandi
besar” hanya dengan menggunakan air satu ciduk saja, kurang lebih satu
liter
saja. Rupa rupanya yang dibutuhkan hanyalah membasahi seluruh permukaan
tubuh dengan air, tanpa harus mengguyurnya; dan itu pulalah sebenarnya
definisi syar’i wudhu dan mandi besar, hanya perlu membasuh saja, dan
bukan
mengguyur. Ternyata, hanya dengan membasuh kulit tubuh dengan air itulah
kelebihan elektron di permukaan tubuh kita akan dinetralkan.
Dengan teori “kotoran” elektron listrik statis inilah akhirnya rahasia di
balik tayamum sebagai pengganti wudhu menjadi terang benderang di mata
saya;
bahwa air yang dibasuhkan ke kulit tubuh akan menetralkan listrik statis
di
tubuh kita, dan penetralan itu bisa diganti dengan menebakkan tangan ke
tanah dan mengusapkan debu wajah dan telapak tangan. Pernah ada kisah
seorang sahabat bergulung gulung di tanah karena ia harus mandi besar dan
tidak ada air. Ia mengira, bahwa ia harus melumuri tubuhnya dengan debu,
sebab ia beranalogi dengan wudhu dan tayamum. Kalau wudhu yang
mengusap hanya wajah, kepala, tangan dan kaki difanti dengan tayamum yang
mengusap wajah dan telapak tangan, maka mandi janabat yang harus membasuh
seluruh tubuh diganti dengan tayamum seluruh tubuh. Rasulullah pun
menjelaskan bahwa tayamum untuk mandi janabah dilakukan sama persis dengan
tayamum sebagai pengganti wudhu, yaitu cukup wajah dan telapak tangan
saja.
Subhaanallaah. … Satu lagi Allah tunjukkan kepada saya bukti kebenaran
Alqur’an sebagai wahyu Allah dan bukan karangan manusia:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا
وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ? وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا
فَاطَّهَّرُوا ?وَإِن كُنتُم مَّرْضَى? أَوْ عَلَى? سَفَرٍ أَوْ جَاءَ
أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ
الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً
فَتَيَمَّمُواصَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم
مِّنْهُ
? مَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـ?كِن
يُرِيدُ
لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
?6?
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. (6) QS AlMaidah.
Melawan Amerika Ala Jepang
Jepang pernah diratakan dengan tanah oleh tentara Amerika. Tahun 1945, tidak kurang dari 140 ribu nyawa bangsa Jepang hilang sia-sia ketika bom Atom dijatuhkan di Hiroshima. Dan 70 ribu lainnya mati sia-sia ketika bom Atom satunya lagi dijatuhkan di Nagasaki.
Praktis Jepang lumpuh. Tentaranya yang sedang menjajah negeri lain meluaskan sayap, pulang kampung. Negeri itu bangkrut, bubar dan tidak berbentuk lagi.
Apa yang pernah dialami Jepang di masa itu kira-kira mirip dengan yang dialami Iraq, Afghanistan dan negeri-negeri muslim lainnya. Bahkan mungkin penderitaan Jepang jauh lebih dahsyat. Sebab bom Atom itu bukan cuma menghancurkan gedung dan infrastruktur, tetapi efek radiasinya masih berbahaya untuk beberapa waktu.
Berbeda dengan sikap bangsa Jepang, ketika melihat negeri Islam dihancurkan oleh tentara Amerika, banyak pemuda muslim dari seluruh dunia yang marah dan bertekad membalas serangan itu dengan serangan yang sama.
Bahkan Usamah bin Ladin menyerukan jihad kepada Amerika, dan memerintahkan untuk membunuh semua bangsa Amerika, dimana saja bertemu. Kemarahan Usamah itu kemudian disambut gegap gempita oleh banyak kalangan muslim di dunia.
Tidak sedikit Kedutaan Besar Amerika di berbagai negara yang menerima ancaman bom dan peledakan. Warga Amerika sendiri pun tidak jarang menerima ancaman penganiayaan hingga pembunuhan di berbagai negara. Sampai pemerintah Amerika seringkali mengeluarkan travel warning demi keselamatan warganya.
Sebuah reaksi yang cukup membuat pemerintah Amerika kalang kabut.
Bom Teroris
Tapi yang rada aneh justru terjadi di negeri kita. Alih-alih membunuh bangsa Amerika, justru yang terbunuh malah bangsa sendiri. Serangan demi serangan dilancarkan oleh para pengebom, namun lebih sering salah sasaran.
Meski pun penjelasannya untuk menyerang kepentingan Amerika, tetapi yang jadi korban malah bukan warga negara Amerika. Justru bangsa kita yang nota bene umat Islam, malah lebih sering terkena sasaran pengeboman yang dilancarkan secara membabi buta oleh orang yang tidak bertanggung-jawab.
Sayangnya, semua pengeboman itu masih memakai judul besar : jihad fi sabilillah. Padahal, yang mati bukan orang Amerika. Tempatnya pun bukan di medan peperangan yang sesungguhnya.
Serangkaian peledakan bom terus terjadi hingga hari ini. Catatan yang kita miliki antara lain :
1 Agustus 2000 : Ledakan bom terjadi di depan kediaman Duta Besar Filipina untuk Indonesia di Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius.
13 September 2000 : Bom mengguncang lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta. Dengan bahan peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai 15 orang, serta dua mobil hangus, dan 20 mobil rusak.
25 Desember 2000 :Bom meledak di berbagai tempat di Indonesia saat malam Natal, yakni Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru. Rangkaian ledakan ini mengakibatkan belasan orang tewas, seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari 31 bom yang meledak.
Agustus 2001 : Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Ledakan melukai enam orang.
23 September 2001 : Ledakan di lantai parkir Atrium Plaza menghancurkan beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.
12 Oktober 2002 : Tiga ledakan bom mengguncang Bali. Ledakan pertama dan kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan ledakan lainnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Denpasar. Di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk Kantor Konjen Filipina, tapi tidak ada korban jiwa.
Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187 tewas dan 400 lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan di dalam Mitsubishi L-300. Tiga terpidana mati, Amrozi cs, sudah dieksekusi.
5 Agustus 2003 : Ledakan hebat mengguncang Hotel JW Marriott, Jakarta. Dengan bahan peledak, antara lain berupa CLO3, aluminium powder, TNT, detonator dan sumbu peledak. Bom menewaskan 11 orang, melukai 152 orang dan menghancurkan 22 mobil.
Pada 9 September 2004 : Pengeboman di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jaksel. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas. Pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi sembilan orang, namun pihak Australia menyebut angka 11. Peledakan itu dipercayai dilakukan oleh seorang pengebom berani mati bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun dengan menggunakan van mini. Heri berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.
1 Oktober 2005 : Terjadi tiga pengeboman di Bali, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.
Jepang Tidak Membalas Teror
Ketika negerinya diporakporandakan, bangsa Jepang pasti marah. Namun menarik untuk dikaji, mereka sudah tidak bernafsu lagi untuk membalas dengan serangan militer yang hanya akan menumpahkan darah.
Pembalasan yang dilakukan oleh bangsa Jepang cukup intelek dan elegan. Bukan mesiu atau peluru yang mereka kirim ke Amerika, tetapi rombongan mahasiswa genius yang sengaja diperintahkan untuk `mencuri` ilmu dan teknologi dari mantan lawannya.
Berbeda dengan mental terjajah bangsa Indonesia yang ke Amerika malah belajar ilmu-ilmu keislaman dari Yahudi, mahasiswa Jepang justru belajar teknologi yang memang belum mereka miliki. Karena dikerjakan dengan tekat yang serius, maka dalam waktu singkat nyaris hampir semua teknologi dan kekayaan ilmu pengetahuan yang tadinya dimiliki Amerika, sekarang sudah menjadi milik Jepang.
Saya diceritakan bagaimana saat itu Amerika agak pelit berbagi teknologi. Sampai akhirnya Jepang terpaksa membeli mobil Ford utuh untuk dibawa pulang ke Jepang. Di Jepang, mobil itu tidak untuk dipersembahkan buat para pejabat yang makan uang rakyat, tetapi untuk dibedah, dipreteli satu per satu isi perutnya, dipelajari dan . . . ini yang menarik, ditiru, dikembangkan, disempurnakan dan diproduksi massal.
Hasilnya?
Semua orang tahu bahwa Amerika pun akhirnya mengimpor mobil dan motor dari Jepang. Sebab industri otomotif Jepang melesat maju meninggalkan industri otomotif Amerika. Bahkan sepeda motor yang dipakai patroli jalan raya California (ingat film CHIPS), mereknya Honda.
Bahkan kini General Motor sebagai induk industri otomotif Amerika terpaksa merumahkan ribuan karyawannya. Teknik perakitan kendaraan roda empat memang tidak diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.
Di bidang elektronik, Akio Morita mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Meski pita kaset ditemukan patennya oleh Phillip Electronics. Tapi walkman berhasil dikembangkan dan dibudling sebagai sebuah produk yang booming Sony tidak kurang dari 150 juta produk.
Bangsa Jepang Gemar Berkarya
Berbeda dengan umumnya bangsa-bangsa muslim yang senang berdebat, saling menjelekkan dan jarang akur, alias lebih sering bertikai, bangsa Jepang kelihatan lebih kalem. Mereka tidak terlalu banyak cakap, tapi rajin bekerja.
Mas Romi Satria Wahono, teman saya yang menggondol doktor di Jepang dan 10 tahun bermukim disana bercerita. Menurut beliau, rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam per tahun.
Jam kerja ini terbilang sangat tinggi, bila dibandingkan dengan jam kerja bangsa-bangsa lain yang juga maju. Konon jam kerja orang Amerika sebanyak 1.957 jam per tahun. Kalau orang Inggris jam kerjanya 1.911 jam per tahun. Orang Jerman bekerja sebanyak 1.870 jam setahun. Orang Perancis bekerja sebanyak 1.680 jam setahun.
Sayangnya, saya tidak punya data PNS di negeri kita, berapa ya kira-kira jumlah jam kerja mereka?
Kalau mau iseng-iseng coba yuk kita hitung. Misalnya, PNS kita yang makan uang pajak rakyat itu datang ke kantor jam 09.00 pagi dengan badan lelah berjam-jam naik angkot dengan lalu lintas yang macet parah. Sampai di kantor harus istirahat dulu sambil baca koran atau minum teh. Kerja betulannya baru dimulai kira-kira jam 10.00 pagi.
Jam 11.30 sudah repot mau ke Masjid, sebab alasannya kan mau menunaikan ibadah shalat Dzhuhur. Balik dari masjid sekalian makan siang, jam 14.00. Kerja sebentar kira-kira 1 jam, itu pun kalau ada yang dikerjakan, kalau tidak ada, ya main game, chating, catur, atau ngobyek. Praktis sehari kerja yang beneran cuma 3 jam.
Kalau seminggu kerja 5 hari, berarti seminggu hanya 15 jam. Setahun? Kalikan saja dengan 52 minggu, hasilnya hana 780 jam setahun. Itupun sudah tidak dihitung tanggal merah, cuti bersama dan `HARPITNAS` (Hari Kejepit Nasional).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.
Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan `agak memalukan` di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk `yang tidak dibutuhkan` oleh perusahaan.
Tekun dan Ulet
Bumi Jepang sebenarnya tidak terlalu berlimpah dengan kekayaan alam. Tapi barangkali justru faktor itulah yang memicu orang-orang Jepang menjadi tekun dan ulet, akhirnya malah sukses.
Sesungguhnya untuk kebutuhan warganya, Jepang sangat mengandalkan negara lain, termasuk Indonesia. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.
Sampai ada yang bilang seandainya Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi ke Jepang, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Bandingkan dengan negeri kita yang berlimpah dengan bahan-bahan alam, ada minyak bumi, batu bara, bijih besi, emas dan lainnya. Seharusnya kita lebih maju dari Jepang. Bahkan bisa menekan Jepang dengan menghentikan ekspor minyak bumi.
Tapi itulah bangsa Jepang, alamnya yang sering dilanda gempa bukan bikin bangsanya jadi peminta-minta belas kasihan negara lain.
Nasionalisme dan Loyaliltas
Hal yang menarik lainnya dari bangsa Jepang, mereka punya rasa nasionalisme yang patut dibanggakan. Kedutaan Besar Jepang di berbagai negara selalu terbuka untuk memberikan bantuan sepenuhnya buat warganya.
Berbeda dengan ulah para pejabat KBRI dan konsulat kita di negeri lain, alih-alih membela bangsa sendiri, yang sering saya lihat mereka malah rada bermusuhan kepada WNI sendiri. Hubungan renggang antara pejabat kedutaan dengan bangsa Indonesia yang tinggal di negara yang bersangkutan, lebih sering kurang serasi.
Bangsa Jepang juga dikenal punya loyalitas yang tinggi. Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai
pensiun.
Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.
Di negeri kita, loyalitas adalah barang basi. Loyalitas biasanya diberikan kepada pihak yang mau bayar lebih tinggi. Termasuk dalam urusan memilih partai dan pejabat. Siapa yang uang `serangan fajar`nya lebih tinggi, biasanya dia yang menang.
Tidak Bergantung Bangsa Lain
Berbeda dengan negeri-negeri yang mayoritas muslim, bangsa Jepang punya kebiasaan untuk tidak bergantung kepada bangsa lain.
Ini pengalaman saya sendiri waktu berangkat ke Jepang. Kebetulan charger hp saya tertinggal di Jakarta, dan itu saya sadari ketika sudah masuk ruang tunggu bandara. Saya berpikir, alah gampang, nanti saja di Tokyo saya beli yang baru atau pinjam teman. Toh hp saya bermerk Sony Ericsson, Sony kan merk Jepang. Masak sih tidak ada yang jual, begitu pikir saya.
Ternyata saya salah besar. Di Jepang bukan hanya tidak dijual chargernya, bahkan hp yang semerk dengan milik saya pun tidak dijual. Dari belasan toko elektronik yang saya masuki, semua menggeleng dan bilang, hp seperti itu belum pernah dia lihat seumur hidupnya.
Rupanya bangsa Jepang punya hp sendiri, yang tidak ada di negara lain. Mereka bikin sendiri dan hanya bisa dipakai di Jepang saja. Merk-merk hp terkenal seperti yang ada di negeri kita, justru tidak dikenal di Jepang.
Colokan listrik Jepang pun beda dengan yang umumnya berlaku di berbagai negara. Bentuknya pipih berbentuk lempengan, alat-alat elektronik yang kita punya sudah pasti tidak bisa dicolok disana, kecuali bila kita beli adapter.
Tegangan listriknya saja `aneh` dalam pandangan saya. Dimana-mana kan seharusnya 220 volt. Ternyata di Jepang cuma 110 volt.
Teman-teman panitia yang mengundang saya di Jepang berkomentar,`Ustadz, orang Jepang itu merasa Jepang adalah pusat dunia. Mereka merasa tidak butuh dengan negara lain. Jadi mereka ciptakan teknologi sesuai dengan selera mereka saja`.
Membangun Peradaban Mengalahkan Amerika
Dari semua hal di atas, yang paling mengesankan saya sendiri adalah balas dendam dan perlawanan bangsa Jepang terhadap gempuran Amerika dilakukan bukan dengan menumpahkan darah.
Barangkali bangsa Jepang sudah belajar cukup banyak tentang makna kemanusiaan, walau pun bangsa Jepang tidak mengenal agama. Bahkan di Jepang tidak ada hari libur keagamaan. Bandingkan dengan kita bangsa-bangsa muslim yang sepanjang tahun semarak dengan berbagai perayaan hari besar agama, tetapi rajin berbunuhan sepanjang tahun.
Iraq, Palestina, Afghanistan, Pakistan adalah contoh dari sekian banyak negeri yang harga nyawa manusia terasa sedemikian murah. Harta benda milik manusia sama sekali tidak ada jaminan keamananya, karena setiap saat bisa saja dicuri, dirampok, dikorupsi oleh pejabatnya, digelapkan bahkan dijarah.
Lepas dari siapa pelaku dan pihak yang salah, tetapi gambaran tentang peradaban Islam yang aman, sesuai dengan akar kata `islam`, rasanya masih jauh di alam mimpi. Kita tidak bisa dengan mudah menemukannya di negeri-negeri muslim.
Seandainya bangsa-bangsa muslim membangun teknologi yang unggul, tidak mengandalkan kepada bangsa lain, saya yakin Amerika pun akan hormat kepada kita. Saya tahu persis bahwa mahasiswa Indonesia di luar negeri cukup banyak yang sudah menguasai berbagai teknologi. Bahkan bikin reaktor nuklir pun bisa dilakukan dengan mudah. Ilmunya sudah dikuasai, tapi good will dari pemerintahnya yang tidak ada.
Apalagi bila kita mampu menguasai dan mengolah sendiri kekayaan alam yang berlimpah, tidak digadaikan buat kepentingan bangsa lain, maka Amerika pasti semakin takut dengan kita. Tapi sekali lagi, niat baik dari para pemimpin yang langka.
Dan yang lebih fantastis lagi, seandainya bangsa-bangsa muslim di dunia ini mengakhiri pertikaian di tengah mereka, lalu bersatu menjalin kekuatan bersama, saya tambah yakin kalau Amerika tidak akan bisa jualan senjata. Industri persenjataan Amerika itu bisa untung besar, selama negeri-negeri Islam sibuk berperang. Artinya, perang adalah ladang penghidupan buat Amerika.
Jadi kita ini sebenarnya tidak perlu boikot makanan Amerika. Cukup hentikan perang, insya Allah industri senjata Amerika akan gulung tikar. Dan rasanya aneh, mosok kita perang lawan Amerika, tapi pakai M-16? Mosok kita perang melawan Israel tapi pakai Uzi?
Kalau pun nanti kita berjhad fisik suatu hari, sebaiknya senjata yang kita pakai bukan M-16 atau AK47, tetapi merknya Paijo 77, Paimin 85, Tugiran 2000 atau Wakijan 21. Maksudnya, kita pakai senjata yang kita bangun sendiri industrinya.
Tulisan saya ini bukan berarti membesar-besarkan Jepang yang pernah menjajah kita 3,5 tahun dan memperkosa wanita-wanita kita (Jugun Ianfu). Tapi sekedar mengambil pelajaran. Biar bagaimana pun Jepang pasti punya kekurangan dan kelemahan juga.
Semoga Allah SWT membuka hati-hati kita dan meneranginya dengan cahaya-Nya yang tidak pernah padam, agar kita semua dapat mengambil pelajaran berharga.
Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. Al-Hasyr : 2)
Subhanallah.
Saya pun baru tahu penjelasan ttg tayamum ini.
Sewaktu masih di Pasadena saya pernah ditanya oleh tetangga non muslim (cina) , mengapa kalau piring dijilat anjing, harus dicuci ‘pake’ tanah padahal sekarang kan ada sabun?
Rupanya tanah mempunyai fungsi sebagai ‘pembersih kotoran’ yang ampuh. Subhanallah, Allahu Akbar.
Terimakasih Inyong (boleh kan saya panggil Inyong?)
sok lah Mang U, panngil inyong gak apa-apa, kumaha damang mang U?
By: Mang U on August 22, 2010
at 5:29 am